Saya datang ke Luwuk untuk pertama kalinya pada tanggal 25 Juli 2005 dengan pesawat Cassa 212 Merpati. Bersama seorang teman teknisi ATM dari Diebold Indonesia akhirnya kami bisa berangkat jam 1 siang setelah penerbangan tertunda. Rupanya pesawat yang sama harus menerbangkan terlebih dahulu penumpang hari sebelumnya yang batal terbang karena cuaca buruk di Luwuk. Sampai saat ini sering terjadi penundaan penerbangan karena faktor cuaca, untuk rute udara maka tidak ada alternatif lain karena pesawat C-212 Merpati hanya satu-satunya maskapai yang melayan rute ini. Dalam waktu dekat DAS juga akan menerbangkan penumpang dengan rute Palu – Luwuk.
Hari itu, setelah 1 jam terbang, saya mulai bisa melihat tepian pantai Luwuk, kamera mulai saya pegang untuk mengambil gambar yang ada dibawah, sayangnya kaca jendela pesawat yang buram membuat gambar yang saya dapat kurang begitu bagus. 10 menit kemudian pesawat mendarat di bandara Bubung dengan mulus walau terpaan angin laut sangat kencang saat itu.
Sesampai di bandara Bubung, saya sepertinya sudah jatuh cinta dengan kota ini. Terlintas di benak saya, pasti bisa melampiaskan hobby mancing saya selama tinggal di Luwuk. Terpaan angin pantai dan pemandangan bandara Bubung yang terletak tepat diatas pantai memberikan ketenangan tersendiri, setelah satu jam lebih sebelumnya telinga terasa panas akibat suara bising mesin pesawat.
Tak lama kemudian kami menaiki mobil ke arah kota yang berjarak ± 12 km, jalan menuju kota akan menyusuri pantai disisi kanan jalan termasuk melewati lokasi wisata pantai yang terkenal di Luwuk, yaitu Pantai Kilo Lima. Kami menginap di Hotel Dinasty, dengan pertimbangan hotel ini terdekat dengan lokasi ATM teman saya, sekaligus dekat dengan pasar, pantai dan masjid.
Bila menggunakan rute darat, maka perjalanan ke Luwuk yang berjarak sekitar 607 km dari Kota Palu dapat ditempuh dalam waktu 17 jam. Dapat menggunakan mobil angkutan umum berupa minibus, mobil travel (150 ribu) atau carter mobil dengan ongkos berkisar 900 ribu. Kendaraan biasa berangkat dari Palu pagi hari dan sampai tujuan pada malam harinya.
Rute perjalanan darat bisa sangat menyenangkan sekaligus juga menegangkan bagi yang belum pernah melaluinya. Hampir sepertiga jalan yang dilalui adalah sempit, dengan sisi kiri jurang pantai sedang dikanan sisi jalan adalah tebing bebatuan yang dibeberapa lokasi sering terjadi longsor. Puluhan titik jalan juga rusak atau tertutup longsoran tanah atau pasir yang terbawa air hujan dari lereng-lereng gunung sepanjang jalan. Rute menanjak/menurun dengan banyak tikungan tajam akan mulai ditemui ketika mobil memasuki kawasan Kebon Kopi arah Kabupaten Parigi Moutong.