Panorama Laut Dan Kepopularitasan Ecosistem Yang Ada

Banyak orang menyebut negaranya sebagai negara perairan, orang Indonesia punya banyak sebutan unik untuk Tanah Airnya. Mulai dari Daratan dan lautan bersatu membentuk negara besar di garis katulistiwa. Namun sayang, nampaknya  kita sebagai bangsa sekarang hanya sibuk berbenah diri di darat. Jalan tol terus dibangun,  berbagai jenis kendaraan menghujani jalan-jalan Protokol di Ibukota dan jalan jalan besar yang ada.

Bagaimana dengan kelautan kita? Laut nampaknya masih diabaikan. Padahal, sejarah telah mencatat, kita pernah punya kerajaan besar seperti Sriwijaya, yang begitu perkasa di laut. Di beberapa daerah, masyarakatpun masih punya tradisi turun temurun melaut, bersahabat dengan ombak.
Jika daratan punya ikon mobil, laut juga punya ikon kendaraan: perahu atau kapal.Aku merasa beruntung menyaksikan pantai sekaligus melihat perahu atau kapal, baik yang sedang berlabuh ataupun berlayar. Bagiku, ini juga menjadi semacam renungan bahwa kapal dan perahu punya arti penting bagi Indonesia. Inilah beberapa di antaranya yang berhasil diabadikan.
Pinisi Berlabuh di Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai, Flores
 Saat Berlabuh di Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai, Flores

 Pantai begitu indah bila dipandang dari kejauhan,namun tidak pernah ada pemerhati tehadap bahari indonesia.Kurangnya kepedulian membuat para nelayan lesuh dan bimbang mengenai kelautan kita,sedangkan para pelaut mengharapkan kepedulian tersebut apalagi orang orang hidupnya tinggal di pedalaman dan hidupnya dari nelayan atau mencari ikan untuk ditukarkan dengan kebutuhan pokok sehari hari.


Kapal Berlabuh Saat Senja di Losari, Makassar
Kapal Berlabuh Saat Senja di Losari, Makassar
Duduk di Bawah Naungan Layar Pinisi, Labuan Bajo, Flores
Inilah Nasib Para Nelayan Labuan Bajo, Flores
Tenang Mendayung Menuju Salah Satu Pantai Flores
 Tenang Mendayung Menuju Salah Satu Pantai Flores

Bapak satu ini yang sedang mendayung sampan ke tengah laut untuk menangkap ikan untuk makan sehari hari,dari hasil tangkapannya sebagian dimakan dan sebagian pula dijual atau ditukarkan dengan beras dan lain lain sebagainya.

Seorang Sahabat Berpose di Pinisi, Labuan Bajo, Flores
Seorang  Berpose di Atas Phinisi, Labuan Bajo, Flores
Deretan Kapal Kecil Berlabuh di Teluk Mandar, Balikpapan
Deretan Kapal Kecil Berlabuh di Teluk Mandar, Balikpapan
Speed Boat Siap Membawa Penumpang, Nusa Dua, Bali
Speed Boat Siap Membawa Penumpang, Nusa Dua, Bali
Aktivitas di Atas Phinisi, Labuan Bajo, Flores
Aktivitas di Atas Phinisi, Labuan Bajo, Flores
Perahu Mengangkut Wisatawan di Perairan Lombok
Perahu  Wisatawan di Perairan Lombok
Menurunkan Muatan dari Perahu, Flores Barat
Menurunkan Muatan dari Perahu, Flores Barat
Kapal Berlayar Menjelang Senja, Losari, Makassar
Kapal Berlayar Menjelang Senja, Losari, Makassar

KISAH SEORANG BIDADARI DAN SIGEMBALA SAPI

 Mereka dengan tentram hidup dan damai sampai sang bidadari dijemput para ratu ratu dari kayangan.

Menurut legenda, pada malam hari ketujuh di bulan ketujuh dalam kalender Tiongkok, Si pengembala sapi Niu Lang dan Bidadari Kayangan akan bertemu di galaksi Bima Sakti melewati jembatan yang dibentuk oleh burung-burung walet. Mereka hanya sekali setahun bertemu. Kisah ini telah lama beredar diberbagai kalangan masyarakat Tiongkok.
Bidadari adalah putri bungsu Raja Kayangan, dia terampil menenun berbagai pola yang indah dan pandai mewarnai. Bila Anda melihat langit terang benderang dan terdapat tujuh warna pelangi, itu pasti berasal dari tangan-tangan terampil Bidadari tersebut.
Niu Lang adalah seorang pengembala sapi yang dilahirkan dalam sebuah keluarga miskin di selatan Tiongkok. Orangtuanya meninggal saat ia masih muda, dan tumbuh dewasa dengan berbagai kesulitan. Dia tinggal sendirian dan memelihara sapi untuk mencari nafkah. Dia jujur, baik dan rajin, tapi karena miskin, ia belum menemukan seorang perempuan yang mau diajak menikah.
Suatu hari, ketika mengembala sapi di padang rumput, Niu Lang melihat sembilan bidadari kayangan turun ke tepi sungai. Sambil bersembunyi di balik pohon dia mengawasi para bidadari tersebut. Para bidadari melepaskan pakaian warna-warni mereka, meletakkanya di tepi sungai, dan mulai bermain di air. Niu Lang terpana pada kecantikan mereka, terutama pada bidadari yang paling muda, matanya melihat tanpa berkedip.
Seekor sapi yang ia pelihara selama bertahun-tahun, tiba-tiba berbicara dengannya dan berkata, “Dia adalah Bidadari Kayangan. Jika Anda menyembunyikan pakaiannya, dia tidak dapat kembali, ia tetap disini dan akan menikah dengan Anda. ” Mendengar itu Niu Lang bergegas mengambil dan menyembunyikan pakaian Bidadari tersebut.
Beberapa saat kemudian, ketika para bidadari selesai mandi dan bersiap pergi, Bidadari paling muda tertinggal di belakang. Dia mencari pakaiannya tapi tidak berhasil menemukanya, dia bingung dan akhirnya tidak dapat kembali ke kayangan. Waktu untuk kembali ke kayangan telah berlalu, Niu Lang kemudian muncul dari balik pohon dan dia menyerahkan pakaian milik bidadari tersebut.
Niu Lang mengajak bidadari menikah dengannya. Walaupun tidak senang karena telah 
meyembunyikan pakaian, ia melihat bahwa Niu Lang seorang pria yang baik, jadi dia setuju untuk menikah dengannya.
Niu Lang dan Bidadari menjalani hidup bahagia. Mereka saling mencintai dan 
menghormati, dan mereka berdua bekerja keras. Bidadari berbaik hati dengan 
mengubah rumah sederhana Niu Lang menjadi rumah yang indah dan penuh dengan kehangatan
Dua tahun cepat berlalu, Bidadari telah melahirkan dua anak, laki-laki dan perempuan.
Waktu dua tahun di bumi, di khayangan hanyalah sebentar. Begitu para bidadari lainya kembali ke kayangan, Raja Kayangan menemukan putri bungsunya telah hilang. Dia melihat putrinya telah menikah dengan seorang manusia di bumi. Dia marah, dan meminta Ratu Kayangan memimpin tentara kayangan membawa putri bungsunya kembali.
Di bumi, langit tiba-tiba menjadi gelap dan angin mulai menderu. Sesaat kemudian, tentara kayangan muncul dan mengambil Bidadari.
Walaupun sudah mengira hari ini akan datang, Niu Lang tetap terkejut, dan ia menjadi putus asa. Menempatkan masing-masing anaknya dalam keranjang dan membawa kedua keranjang dengan tongkat panjang, Niu Lang berlari setelah tahu ada pasukan yang mengambil istrinya, Dia mencoba untuk meraih istrinya. Para tentara harus membawa Bidadari naik ke kayangan, Niu Lang menemukan dirinya naik dengan mereka. Dia hendak maju tapi jarak antara dia dan istrinya telah dibatasi.
Setelah kejadian itu, Ratu Kayangan melemparkan jepit rambut emas ke arah 
Niu Lang. Jepit itu dengan cepat tiba-tiba berubah menjadi sebuah sungai, memisahkan Niu Lang dan istrinya. Sungai ini kemudian disebut sebagai Bima Sakti.
Niu Lang dan istrinya saling memandang dengan bergelimang air mata, mereka ingin sekali tetap bersatu. Tergerak oleh cinta mereka yang tulus, burung-burung walet membentuk sebuah jembatan di atas sungai kayangan.
Ratu Kayangan  melihat Bidadari dan Niu Lang saling mencintai. Ia membiarkan mereka untuk bertemu setahun sekali, di malam ketika mereka dipisahkan yaitu pada hari ketujuh di bulan ketujuh.
Saat malam, pada hari ketujuh di bulan ketujuh, Anda akan menemukan sangat 
banyak burung-burung walet, karena mereka naik untuk membentuk jembatan kayangan. Jika angin tenang, Anda mendengarkan dengan cermat, mungkin suara niu lang yang sedang bernyanyi,karena ingin bertemu dengan bidadari kekasih hatinya.