Cara mendapatkan uang cepat dari internet.https://komisimv.com/?id=amir_wlmi <object style="height: 390px; width: 640px"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/Rn9xhvF3GoY?version=3"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowScriptAccess" value="always"><embed src="http://www.youtube.com/v/Rn9xhvF3GoY?version=3" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true" allowScriptAccess="always" width="640" height="390"></object>
LINK AFFILIATE Bagi yang mempromosikan linknya akan mendapatkan bonus komisi affiliate 50% per sales. https://Profit365Hari.com/?id=amirDapatkan tambahan komisis $500 setiap bulannya
Apa yang diperlukan untuk mendapatkan THR?
Syarat promosi:
- Pendaftaran untuk promosi ini tersedia untuk semua mitra FBS
- Hadiah: Tambahan komisi sebesar $500
- Pembayaran komisi tambahan: satu kali setiap bulan
Ketentuan promosi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan tambahan komisi adalah:
- Promosi ini tidak terbatas oleh waktu dan tersedia untuk semua mitra FBS, dan juga tidak butuh mendaftar untuk mengikuti promosi ini.
- Hadiah promosi sebesar $500, dan pembayarannya dilakukan satu kali setiap bulan setelah Mitra memenuhi semua syarat dan ketentuan dari promosi ini.
- Mitra wajib mengumpulkan saldo turnover sebesar $25.000 dari seluruh klien yang sudah menjadi bagia dari jaringan kemitraan Anda.
- Penghitungan hasil turnover dari mitra FBS adalah sebagai berikut (Total D – Total W) dimana:
D adalah Deposit yang dilakukan oleh seluruh klien di dalam jaringan kemitraan Anda selama satu bulan penuh,
W adalah Withdraw (Penarikan Dana) yang dilakukan oleh seluruh klien di dalam jaringan kemitraan Anda selama satu bulan penuh. - Hadiah akan dikreditkan ke dalam akun partner setelah partner menekan tombol "dapatkan bonus" di dalam Personal Area partner (jika semua syarat dan ketentuan yang disebutkan di atas sudah dipenuhi). Hadiah akan tersedia untuk ditransfer ke akun partner pada tanggal 1 di bulan berikutnya. Hadiah dapat diminta dan dikreditkan ke rekening mitra dalam waktu 3 bulan setelah hadiah tersedia pada halaman promosi; setelah periode ini, maka hadiah akan menjadi kadaluarsa.
- Perusahaan berhak untuk merubah salah satu atau beberapa syarat dan ketentuan dari promosi; berikut juga merubah tipe dan nama dari hadiah; membatalkan keikutsertaan peserta dalam promosi bila ditemukan bukti melanggar salah satu syarat dan ketentuan dari promosi, atau menggunakan cara - cara yang curang untuk memenangkan hadiah tanpa adanya pemberitahuan lebih dahulu.
- Perusahaan tidak bertanggung jawab untuk gangguan teknis dan/atau gangguan lain yang terjadi pada koneksi internet dari klien dan layanan internet yang disediakan oleh pihak ketiga untuk klien yang bisa secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi partisipasi klien dalam promosi.
Atlit Asia
Story by Colin Tung/Red Sports. Photos by Marvin Lowe/Red Sports.Thailand’s anchor runner Jirapong Meenapra had a nervous end to the race with Saudi Arabia’s anchor Abdullah Ahmed B Abkar. Jirapong had his neck across the line ahead of the Saudi Arabian to take gold in a time of 1:27.89 minutes, however, Saudi Arabia was eventually disqualified for running out of their lane. (Photo 1 © Marvin Lowe/Red Sports)
The javelin girls’ final was the first event on the order at 4.00pm and 25 minutes was what it took for the two entrants – Lee Seonhye of the Republic of Korea and Cimato Stephanie of the Philippines – in the event to make six attempts each.
At the end of the six attempts, it was Lee Seonhye who came up tops for the gold medal with a throw of 41.10m. Cimato Stephanie settled for the silver with a distance of 36.21m.
Over on the other side of the field, the high jump boys’ event was ongoing. Only four jumpers survived to attempt the height of 2.02m and only one from that group succeeded at the height. Ren Wei of China cleared 2.02m on his first attempt and won the gold medal. He failed on all three of his attempts at 2.05m.
After a count-back, Kim Yeonjae of the Republic of Korea and Oleshko Sergey of Kazakhstan got the silver and bronze medal respectively. Missing out unfortunately on a medal was Hsiang Chun-Hsien of Chinese Taipei.
The last field event of the competition was the shot put boys’ final which had six competitors. Li Jun of China won in convincing fashion with a throw of 19.45m, almost 3m further than his closest rival.
Kargar Nejad Mehdi of the Islamic Republic of Iran and Bumroong Panyawut of Thailand got the silver and bronze medals respectively with throws of 16.76m and 15.95m.
Kimura Akane was prevented from making it a double for Japan in the blue-riband 100m event after compatriot Nashimoto Masaki had earlier won the boys’ race. Republic of Korea’s Lee Sunae clocked 12.16s for the win and Akane clocked 12.36s to finish runner-up. Rounding off the top-three, 0.08s back in 12.44s, was He Jiawen of China.
The 800m boys’ final went ahead without Singapore’s Zachary Devaraj who had to watch the race from the stands. It was an exciting race nonetheless as Kumar Ravi of India and Beyranvand Amir of the Islamic Republic of Iran took the race down the home-straight, neck-to-neck.
At the end, both of them lunged for the finish and it turned out to be Kumar Ravi who timed his to perfection as he edged Beyranvand 1min 55.91sec to 1:55.93. Herath E of Sri Lanka took the bronze, in a time of 1:56.33, ahead of Republic of Korea’s Park Yongsu. The Korean had led the pack through 400m and 600m in times of 57.29s and 1:27.43 respectively but faded badly in the last 200m.
The 4x200m relays were the curtain closer for the AYG Athletics programme and it was Thailand that dominated.
South-East Asian powerhouse and neighbours Thailand fended off the challenge of Japan to win the girls’ title in a time of 1:41.29, a comfortable three seconds quicker than Japan’s 1:44.36. Sri Lanka got the bronze medal with a time of 1:45.14.
In the boys’ race, Thailand also won in a strong message that their relay teams should not be trifled with. Senior Thai relay teams have made it to the Olympics before, a privilege reserved only for the top-16 teams in the world.
Their boys certainly look to be on the same path of success, winning with an even more convincing margin of almost five seconds over Sri Lanka, but that was after Saudi Arabia had been disqualified.
The Saudi Arabian anchor runner, Abkar Abdullah Ahmed B, had run down Thailand’s Meenapra Jirapong in the dying metres and was pushing the latter to his limits. Jirapong held out to confirm the win but it wouldn’t have mattered if Abkar Abdullah had beaten him as Saudi Arabia later found out they were disqualified.
Thailand posted a time of 1:27.89 over eventual runners-up Sri Lanka’s 1:32.57 as the Thai press got busy. Bahrain got the bronze in a time of 1:33.80.
The Tanjong Katong Secondary School military band brought the curtains down on four exciting days of competition at Bishan Stadium with a fitting performance as athletes and officials retreated to the Games Village at Swissotel to rejuvenate so that could they could catch another three days’ worth of competition in other sports.
Despite the neck-and-neck finish, Thailand’s anchor runner Jirapong Meenapra was confident he had clinched the gold for his country raising his hands in triumph immediately after crossing the finishing line. (Photo 2 © Marvin Lowe/Red Sports)
Thailand’s girls 4x200m relay team made it a double for their country when anchor runner Benjamas Yuadthong finished the race strongly for her team in a time of 1:41.29 minutes, which was a massive 3 seconds ahead of Japan’s Akane Kimura who finished runners up. (Photo 3 © Marvin Lowe/Red Sports)
Thailand’s first 2 runners were trailing behind Japan, but a superior baton changeover between Thailand’s second (Supawan Thipat) and third runner (Gedsuda Kumlieng) allowed the Thais to overtake the Japanese. (Photo 4 © Marvin Lowe/Red Sports)
Ren Wei of China cleared 2.02m on his first attempt and won the gold medal… (Photo 5 © Marvin Lowe/Red Sports)
…but he failed on all three of his attempts at 2.05m. (Photo 6 © Marvin Lowe/Red Sports)
Republic of Korea’s Lee Sunae clocked 12.16s to take the gold medal in a beautifully-run 100m race. (Photo 7 © Marvin Lowe/Red Sports)
Thailand Of Comedi
Film Asia tipe komedi sudah sering kita dengar dan percaya bahwa bagus kualitasnya. Banyak aktor Asia yang kita ketahui yang handal dalam memerankan peran komedi, sebut saja Jackie Chan. Lain halnya dengan saya pribadi, yang kalau boleh jujur baru pertama kali menonton film Thailand yang full komedi, sebelumnya Crazy Little Things Called Love tapi romantic comedy (tidak full comedy). Dari judul film, sudah terlihat ini film komedi. Begitu pula dari posternya, yang dimana ada kumpulan keluarga dengan berbagai macam ekspresi lucu dan adanya kehadiran bebek di tengah-tengah mereka (poster film lainnya). Kalau melihat film Thailand sebelumnya yang saya tonton, saya berharap film ini minimal sebagus dengan film tersebut. Oke deh daripada kelamaan, langsung simak aja yuk curhatan josep berikut tentang film ini.
Jadi begini ceritanya, tinggalah seorang anak lelaki yang bernama Tok, dia hidup dan besar di tempat keluarga komedian. Namun lain halnya dengan Tok, yang tidak dianggap sebagai penerus komedian oleh ayahnya sendiri. Adik perempuannya pun lebih dipilih dibandingkan dirinya oleh sang ayah. Tok pun langsung merasa ter “asing”kan di keluarganya. Setelah itu, dia lebih senang bermain bersama 2 temannya di luar rumah daripada di rumah sendiri. Suatu hari, Tok menemani temannya ke dokter kulit. Disana, dia bertemu dengan dokter kulit yang sangat cantik dan menawan. Entah ada angin apa, tiba-tiba dia jatuh cinta kepada dokter itu. Dengan ide-ide konyol untuk menumbuhkan jerawat pun dia lakukan demi intesitas bertemu dengan si dokter semakin sering. Ditambah lagi, dorongan dari temannya untuk lebih dekat dengan si dokter tersebut. Benar-benar persahabatan yang solid *big applause*
Lambat laun cerita, tiba-tiba sang dokter pun hamil. Entah ada angin apa juga, tiba-tiba si Tok jadi begitu perhatian dengan si dokter. Pengorbanan yang tidak masuk akal di usianya yang masih cukup belia pun dia lakukan. Hingga pada akhirnya, ayah Tok pun resah dan kesal dengan anaknya karena kelakuannya sudah kelewat batas. Akan tetapi, itu semua dilakukan karena dia begitu menyayangi Tok. Terbukti ketika kelulusan Tok dari Taman Bermainnya, yang mengambil rapornya adalah sang ayah, karena ketika hari itu juga adik Tok melahirkan, jadi sang ibu tidak bisa mengambil rapornya. Dengan dandanan ala wanita, sang ayah pun dating ke sekolahnya. Akhir cerita, dokter pun menyerahkan identitas ayah baptis kepada Tok karena dia merasa Tok dapat menyayangi anaknya seperti dia menyayangi dirinya selama ini.
Dilihat dari awal cerita, cerita ini terlihat begitu konyol, karena ketika proses kelahiran Tok, sang ayah menggunakan toak agar Tok bisa keluar dari rahim istrinya. Menurut kalian saja apakah itu konyol? Menurut saya sangat konyol dan menggelikan sekali idenya. Hingga pertengahan bumbu-bumbu komedia yang dihadirkan film ini begitu terasa kental. Saya pun ketika menonton film ini (satu studio sendirian, seriusan) pun begitu menggelitik mendengar dialog satu sama lain tokoh. Namun demikian, mulai pertengahan, film ini tidak begitu terasa lucu lagi. Entah mengapa saya merasa film ini garing. Tapi, ketika sudah adanya konflik percintaan, pengorbanan dan persahabatan yang terjadi di film ini, baru terasa gregetnya walaupun bukan komedi. Mungkin ketika melihat cerita film ini ditengah-tengah, anda akan mulai merasa adanya kesamaan dengan film-film drama atau pun drama komedi lainnya saat ini. Hubungan antar ayah dan anak di film ini begitu terasa dan menyentuh sekali. Saya pun begitu meresapi setiap adegan serta dialog yang dilakukan ayah dan anak tersebut. Ikatan yang kuat sekali.
Dari sisi pengambilan gambar, mungkin tidak ada bedanya dengan film Thailand sebelum ini yang baru-baru tayang. Yang menarik lainnya dari film ini adalah soundtrack dari film ini. Entah mengapa saya begitu suka dengan soundtracknya tapi belum download-download juga sampai review ini dipublish). Selain perwatakan yang lugu dan sok dewasa yang dimiliki Tok menurut saya begitu tepat. Begitu pula dengan dokter cantik yang diperankan oleh Paula Taylor, dokternya begitu menawan sekali walaupun hanya memakai pakaian dokter. Tokoh-tokoh tambahan lainnya disini juga begitu konyol dan lucu di tempatnya masing-masing. Ada satu tokoh yang begitu mirip dengan tokoh komedi Indonesia (saya lupa namanya tapi mirip si ucok yang kecil itu). Adik Tok disini pun begitu menggemaskan dan lucu. Secara keseluruhan pemilihan peran di tokoh ini sudah begitu pas.
Overall, film Little Comedian begitu menarik kemasannya karena tidak hanya tentang komedi tapi disana juga diceritakan hubungan erat antar ayah dan anak yang berada di keluarga berprofesi sebagai komedian dengan cerita yang sebenarnya tidak masuk akal di usia belianya Tok. Film ini sangat rekomedasi sekali di saat adanya isu gonjang-ganjing film Hollywood di Indonesia. Nonton film Asia? Kenapa tidak! Kalau kemasan yang dibawakannya hamper melebihi Hollywood. Selamat menonton dan merasakan komedi-komedi di film ini. :cheers:
3,5/5
Trailer